Beranda | Artikel
Nasihat Para Salafush Shalih Untuk Berpegang Teguh Kepada Sunnah
Rabu, 12 Desember 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi

Nasihat Para Salafush Shalih Untuk Berpegang Teguh Kepada Sunnah merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. dalam pembahasan Kitab Ahsanul Bayan min Mawaqifi Ahlil Iman karya Syaikh Abu Islam Shalih bin Thaha Abdul Wahid rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 2 Rabbi’ul Tsani 1440 H / 10 Desember 2018 M.

Download juga kajian sebelumnya: Berpegang Teguh Kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Download kitab أحسن البيان من مواقف أهل الإيمان” versi PDF di sini

Kajian Tentang Nasihat Para Salafush Shalih Untuk Berpegang Teguh Kepada Sunnah – Kitab Ahsanul Bayan

Kita akan melanjutkan pelajaran yang ke-29 berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam kesempatan yang lalu kita membahas tentang kenapa wajib bagi setiap muslim yang ridha Allah menjadi Rabbnya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Nabi dan Rasulnya?

Ada dua hal yang sudah kita bacakan. Yang pertama karena Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kita untuk ber’ittiba, untuk mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kedua, karena Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan kita untuk mengikuti sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى

Barangsiapa yang membenci sunnahku maka dia bukan termasuk golonganku” (HR. Bukhari no. 5063, Muslim no. 1401)

Dan yang ketiga, kita akan mulai bahas pada kajian ini.

Penulis berkata bahwa para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para ulama dulu sampai sekarang memerintahkan kita semua untuk berpegang teguh dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan mereka semua memberikan peringatan dari menyelisihi sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Berkata sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, “Berittiba’lah kalian dan janganlah mengada-adakan perkara yang baru (bid’ah) dalam Agama Allah. Dan itu sudah cukup untuk kalian.” Dan beliau juga berkata, “Barang siapa yang mau mengambil sunnah, barang siapa yang mau mencontoh, maka ambilah contoh dari orang-orang yang sudah meninggal. Karena orang yang masih hidup tidak aman dari fitnah.”

Kita diingatkan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwa kalau ingin mengambil suri tauladan, ambilah dari yang sudah meninggal. Nomor satunya adalah Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam. Berikutnya adalah para sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kata Abdullah bin Mas’ud bahwa orang-orang yang sudah meninggal, mereka adalah para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Para sahabat merupakan orang yang paling utama dari umat ini. Mereka yang paling baik hatinya, yang paling dalam ilmunya, yang paling sedikit takallufnya (tidak suka membebani diri) dengan berlebihan. Mereka para sahabat dipilih oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk menjadi sahabat, pendamping Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan untuk menegakkan agamaNya. Ketahuilah keutamaannya, ikutilah atshar mereka dan berpegang teguhlah dengan apa yang kalian sanggup dari akhlak mereka dan perjalanan hidup mereka karena sesungguhnya mereka diatas hidayah yang lurus.

Ada pelajaran yang besar pada perkataan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Berapa banyak orang yang kita puji awalnya, tetapi kembali kepada kemaksiatan, kembali menyimpang. Oleh karena itu jangan kita bermudah-mudahan mengambil contoh dari orang yang masih hidup. Ini akan membuat rusak umat. Ini sesuatu yang kurang pas. Karena yang masih hidup, tidak aman dari fitnah.

Maka dari itu jika ingin bercerita, ceritalah dengan cerita para Nabi dan Rasul ‘alaihish shalatu wassalam. Cerita juga dengan cerita para sahabat ridwanullah ‘alaihim ajma’in, ulama-ulama kita yang sudah meninggal yang sudah aman dari fitnah. Adapun yang masih hidup, apalagi misalkan anak kecil atau orang yang baru hijrah, mereka tidak aman dari fitnah. Dia bisa menyimpang dari jalan yang haq. Jadi kalau ingin mengambil contoh, ambil contoh dari para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hasan Al-Basri rahimahullah mengatakan, “Demi dzat yang tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Dia, antara berlebihan dan berkekurangan. Bersabarlah kalian diatas sunnah. Semoga Allah merahmati kalian. Karena sesungguhnya ahlussunnah, mereka dulu adalah orang yang paling sedikit diantara manusia.”

Ini Al-Imam Hasan Al-Bashri berkata dizaman beliau, tabi’in. Bagaimana dizaman sekarang? Orang yang memegang sunnah Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam dianggap asing. Ketika mendakwahkan sunnah dianggap asing dan dibully. Ketika mendakwahkan yang haq, dianggap asing.

Mereka itu tidak terbawa bersama orang-orang yang hidup dalam kemewahan mereka. Juga tidak bersama ahli bid’ah dalam bid’ah mereka. Ahlussunnah sedikit, tegar diatas sunnah Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tidak ikut-ikutan demo, tidak ikut-ikutan berbid’ah-bid’ah ria. Ahlussunnah berada dalam prinsipnya. Tidak akan bersama ahli bid’ah dalam bid’ah-bid’ah mereka. Dan mereka betul-betul sabar diatas sunnah mereka sampai mereka berjumpa dengan Rabb mereka. Dan demikianlah InsyaAllah hendaklah kalian menjadi seperti mereka. Seperti ahlussunnah yang tegar diatas sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Umar bin Abdul ‘Aziz pernah menulis sebuah surat kepada seseorang. Didalam surat tersebut dia berkata, “Aku wasiatkan engkau untuk bertakwa kepada Allah. Kemudian tidak berlebihan dalam perkaraNya dan aku wasiatkan untuk berpihak kepada sunnah NabiNya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Serta meninggalkan perbuatan-perbuatan baru yang diada-adakan oleh mereka. Wajib atas engkau untuk melazimi sunnah. Karena sesungguhnya sunnah itu dengan izin Allah sebagai penjaga engkau.”

Sufyan Ats-Tsauri juga berwasiat untuk berbaik-baik dengan ahlussunnah karena mereka adalah orang-orang yang dianggap asing, orang-orang yang dianggap aneh dari sisi aqidah, ibadah, muamalah.

Dan Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah juga pernah berkata kepada seseorang, “Apabila ada seseorang yang sampai beritanya kepadamu di daerah timur dan dia adalah shahibus sunnah, maka sampaikanlah salam dariku. Dan apabila ada kabar sampai kepadamu bahwa ada seseorang di daerah bagian barat, maka sampaikan salam dariku. Karena ahlussunnah wal jama’ah sudah sedikit.”

Oleh karena itu kita harus belajar tentang apa itu ahlussunnah wal jamaah. Bagaimana aqidah mereka? Yang paling penting adalah bagaimana manhaj mereka? Karena banyak sekarang orang mengaku dirinya ahlussunnah wal jama’ah. Ini yang harus kita pelajari baik-baik, aqidah ahlussunnah wal jama’ah yang bagaimana? Jangan asal dengar, kita harus membaca, mempelajari dari ulama-ulama ahlussunnah wal jama’ah.

Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah juga berkata, “Ucapan tidaklah dianggap lurus kecuali kalau dibuktikan dengan amalan. Begitu juga ucapan dan amalan atau perbuatan tidak dianggap lurus kecuali dengan niat yang benar. Dan ucapan, amalan, niat yang lurus, niat yang benar, belum dianggap lurus kecuali sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam.” Ini adalah perkataan yang luar biasa dariSufyan Ats-Tsauri rahimahullahu ta’ala.

Simak pada menit ke – 24:45

Simak Penjelasan Lengkap dan Download Kajian Tentang Nasihat Para Salafush Shalih Untuk Berpegang Teguh Kepada Sunnah – Kitab Ahsanul Bayan


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45459-nasihat-para-salafush-shalih-untuk-berpegang-teguh-kepada-sunnah/